RSS

part 1

LAP!!


Dan semuanya menjadi terang setelah gelap beberapa saat.

Aku berjalan perlahan, keluar dari mobilku, berjalan mengikuti langkah kaki membawaku. Serasa asing aku berada di tempat ini. Gedung-gedung tinggi, banyak jalan, lahan parkir yang penuh daun dan bunga kuning. ZASHHH, sekelebat bayangan muncul di benakku. Namun aku tak dapat membayangkan bayangan itu, hanya seperti ilusi.

Kini langkahku terhenti di sebuah lorong, di samping bangunan dari kaca dan dibatasi jalan lebar. Aku berjalan di tempat ini, sambil berpikir keras, teramat keras hingga kepalaku pening. Yang ku rasakan, aku belum pernah menginjakkan kaki di sini. Namun, bayangan itu kembali muncul, dan membuatku merasa tak asing berada di tempat ini. Antara mengenal dan asing ada di sini. Berpikir, apakah aku sedang mengalami deja vu atau bukan.

Sambil meraba kaca bangunan itu dan melihat-lihat sekeliling. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang, dan BRUK!

“ Maaf, maaf Mas. “ ku tolehkan kepalaku sekilas ke arah orang yang ku tabrak, dan ternyata seorang laki-laki, oleh karenanya ku panggil dia mas.

ZRTTTTTRTT

Serasa ada sesuatu yang menggeliat di kepalaku, dan bayangan itu pun kembali muncul, kemunculannya hebat hingga membuat kepalaku sakit bukan main, aku pun reflek mengaduh dan memegang kepalaku,

“ Aduh! Sakit. “ ujarku seraya memegang kepalaku, tubuhku limbung hampir jatuh bila tak ditopang orang itu.

Ku lihat orang yang ku tabrak itu menolongku tetap berdiri agar tak jatuh.

“ Ni, kamu ga papa? “ kata orang itu kemudian dan sekaligus membuatku heran.

Ni?? Dia memanggilku Ni? Apakah maksudnya Nia? Dia mengenalku? Aku pun berpikir keras, lagi.

“ Ah, ga papa. Tiba- tiba aja kepala saya sakit mas. “ jawabku pada orang yang kupanggil mas itu. “ Oia, maaf mas, boleh tanya, apakah mas mengenal saya? “ tanyaku penasaran.

“ Nia, kenapa pertanyaanmu kaya gitu? Kamu bener-bener ga papa kan? “ kata mas itu kemudian.

Apa?? Apa pula itu. Aku bertanya malah dia balik nanya, haduuuhh.

“ Loh mas, sepertinya anda benar-benar mengenal saya ya. Oke oke, sepertinya saya bisa bertanya banyak hal pada anda. “ balasku yakin, eh, sok yakin. Masalahnya aku yakin aja si mas ini benar-benar mengenalku. Buktinya dia bisa tau nama panggilanku di rumah.

Ku tatap wajah mas itu, wajah yang penuh keheranan, banyak tanda tanya. Sepertinya dia haus akan hal yang ingin ditanyakan padaku. Aku pun tak tau, kenapa mas itu seperti itu. Aku merasa belum pernah mengenalnya, tapi kenapa dia sudah familiar sekali denganku. Dan aku kembali berpikir lagi.

“ Oia, maaf lagi mas, boleh saya tahu nama mas siapa? Kok dari tadi saya g sopan ya, manggila-manggil mas tanpa nama. “ tanyaku lagi pada mas itu. Wajahnya masih sama, nampak keheranan.

“ Oh oh, nia, kamu benar-benar aneh hari ini. Masa kamu g kenal aku? Aku Nugi, Nia. Benarkah kamu g kenal aku? “ jawabannya sangat mengejutkanku.

Helluww, aku tau namaku Nia. Tapi benar-benar aku ga pernah kenal yang namanya Nugi. Siapa pula itu. Seingatku, aku tak pernah punya teman atau saudara dengan nama Nugi. Tapi sebaiknya aku diam dulu, ku iyakan saja daripada nanti dia tambah bingung.

“ Oke, nama mas adalah Mas Nugi ya, baiklah, salam kenal ya mas, nama saya, ah, mas juga dah tau, buktinya dari tadi udah nyebut-nyebut nama saya. Yawdah, makasih ya Mas Nugi atas pertolongannya. Saya permisi dulu. Assalamualaikum. “

Oke, setelah berkata seperti itu pada mas yang ternyata namanya Mas Nugi, aku langsung balik badan dan berjalan berlawanan arah. Kepalaku terasa masih pening dan berat. Apalagi tadi baru saja ada orang yang katanya mengenalku. Membuat kepalaku tambah pening. Perasaan aku baru pertama kali menginjak di tempat ini, tapi serasa tak asing lagi, juga saat bertemu Mas Nugi. Tapi yang aku bingung juga, kepalaku tambah pening sampai sekarang.

Langkahku akhirnya berhenti di sebuah tempat, ruangan lapang yang bertuliskan “ Mushola Asy-Syifa “. Ah, rupanya tempat yang aku perlukan sekarang. Aku ingin mengadu pada Kekasihku, memohon jawab atas apa yang terjadi dari pagi hari ini. Ku lakukan sholah dhuha empat rakaat. Dalam doaku, aku pinta dimudahkan jalanku untuk mencari kebenaran dan jawaban dari semua ini.

Setelah menunaikan sholat, ku kenakan kembali sepatuku. Dan tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku,

“ Cher, kamu g kuliah to? Kok masih di sini? “ tanya orang itu. Ku tolehkan wajah, ternyata seorang akhwat, berjilbab panjang, tampak anggun dengan gamisnya.

“ Ehm, maaf, kamu juga mengenal saya? Kamu juga tau nama panjang saya. Oh, mbak tanya saya g kuliah kenapa ya, saya nggak tau mbak hari ini kalo ada kuliah. “ jawabku pada mbak itu.

“ Cherel Cherel, pelupa sekali. Untung saya ingat, jadi ada yang mengingatkanmu. Yaudah, ayo ke RK 1 bareng-bareng. Tadi Lisa sudah menunggu kita di sana. “ ujarnya kemudian sambil menggamit lenganku. Aku pun mengikutinya, ya iyalah, lenganku aja udah di tarik sama mbak itu. Eh tapi dia menyebut nama asing, Lisa, oh, mungkin itu salah satu nama temanku.

Dan, jeng jeng jeng!! Tepat sesuai bayanganku. Ruangan yang disebut RK 1 ini, seperti ruangan untuk kuliah. Uhm jangan-jangan RK kepanjangan dari Ruang Kuliah ya, haha, bodohnya aku.

Ups, dan hawa tak asing itu kembali menerpaku. Seperti sudah pernah ada di ruangan ini sebelumnya. Spontan, aku meletakkan tasku di atas sebuah kursi deretan kedua dari depan. Mbak yang tadi bersamaku, dia meletakkan tas di deretan kedua juga tapi yang bersebrangan dengan deretan kursiku. Aku mulai menghirup hawa-hawa itu lagi. Uh, aku mulai membencinya. Hawa itu, hawa yang membuatku merasa tak asing di tempat ini. Tapi ketika ku coba mengingat-ingat, yang terjadi justru kepalaku pening. Aku menyerah, dan tak lagi berpikir.
Hahahaha, aku capek keheranan terus kaya gini. Banyak sekali hal-hal yang tak pernah ku ketahui sebelumnya. Tapi kenapa hal-hal itu serasa tak asing lagi bagiku?

Duh, apa yang terjadi denganku hari ini ya??
Habis kejedot tembok atau habis gegar otak, bisa-bisanya yang asing serasa tak asing.
Sungguh hari yang melelahkan. Semakin dipikir, semakin membuat kepalaku pening luar biasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Anonim mengatakan...

he?
ini cerita fiksi atau non fiksi Non?:-D
beneran sudah lupa sama orang2 disekelilingmu ya?haduh gawat temanku satu ini,banyak2 makan tempe yaa neng

Cherelia D. P Arthania mengatakan...

cerita fiksi yg berharap menjadi nyata ma :))

hhe, smoga mekanisme 'defencing' ku kuat ma, jadi g bakal terpengaruh,
hehe

tapi tenang aja,
nia akan slalu ingat sm erma ^^v

eh, hubungannya ma tempe apa? tempe bs mngurangi kejadian lupa??

tio ja mengatakan...

haduuuuhh...
kirain beneran ...

---
kan aneh, lupa ingatan og masih inget ma nama,
lupa ingatan ea lupa aja,,,
---

tapi bagus ,,,
CIps ..
teruskan ...
Hhe ...

===
jadi pengen ikutan nulis ....

Posting Komentar